Uni sendiri masih menganggap momen jatuhnya bom atom itu menjadi momen yang wajib disyukuri oleh bangsa Indonesia, karena Jepang kalah perang, Indonesia merdeka. Namun, setelah kunjungan uni ke Nagasaki pada winter break 2009, uni jadi melihat peristiwa itu dari point of view yang berbeda.
Jepang sangat menghargai sejarah. Dibuktikan dengan adanya peace museum di kota-kota yang menjadi korban perang dunia ke dua. Hiroshima dan Okinawa adalah dua dari tiga peace museum yang pernah uni kunjungi di sana. Namun yang pertama tetap yang paling berkesan, yaitu Nagasaki Peace Memorial Museum.
Yep, itulah yang terjadi dengan uni dan teman-teman. Jatah satu hari di Nagasaki kami mulai dengan mengunjungi Nagasaki Peace Historical Museum. Uni sebenarnya sangat suka museum, tapi ini adalah kali pertama uni ke Peace Museum. Jadi to be honest, uni sangat excited, wondering what I will find inside it.
Well, untuk masuk ke dalam museumnya, kita harus melewati turunan yang berliku-liku, which was a good place to take picture at, hehe. Di pintu masuk, selain membeli karcis, kita harus mendaftarkan nama kita kalau membawa kamera untuk mendapatkan badge “photographer”. Sebagai turis yang baik, kami membeli tiket masuk seharga 400 yen dan memasang badgenya di tangan, wuihh serasa photographer beneran!
Nagasaki Peace Museum memiliki koleksi barang-barang peninggalan Perang Dunia ke-2 yang sangat lengkap. Sisa sisa runtuhan gereja Urakami yang berada dekat hypocenter atau titik jatuhnya si bom atom tersebut, dipajang lengkap didekat replika gerbang gereja yang saat itu adalah gereja katolik terbesar di Asia Timur.
Suasana museum yang remang-remang, lengkap dengan background suara bom atom yang jatuh membuat kami berempat bergidik ketakutan. Namun dari semua itu, barang yang paling menarik adalah jam dinding tua yang jarum-jarumnya tepat berhenti di angka 11:02, waktu setempat ketika bom atom di jatuhkan. Melihat jam itu, bulu roma uni langsung berdiri, membayangkan apa yang membuat jam itu berhenti berdetik.
Kami juga melihat video yang mempertontonkan wajah para korban dan juga foto-foto Nagasaki sebelum dan sesudah bom atom di jatuhkan. Wihh, kami jadi ikutan sedih dan nyaris menangis, sampai salah satu temen uni protes “Who decided to come here first? We should’ve not started our morning like this!” Hehehe, tapi overall, Nagasaki Peace Museum membuat uni lebih mengerti mengapa Jepang ngga mau punya wajib militer seperti Korea atau Amerika. They were wounded so bad. Dan kami pun jadi termotivasi untuk tetap menjaga kedamaian yang ada sekarang.
Kemudian, keluar dari Peace Museum, kami berjalan menuju Atomic Bomb Hypocenter Park. Di tempat inilah bom atom yang dinamai “Fat Man” itu dijatuhkan. Kami berempat, yang akhirnya memanggil diri kami “Peace Tourists” hari itu berdoa di hypocenter dimana telah didirikan tugu yang sangat indah.
Bahkan banyak pula dari mereka yang meninggal karena kehausan. Di dekat air mancur tersebut ada prasasti yang bertuliskan puisi seorang anak berumur 9 tahun, Sachiko Yamaguchi. Di puisinya ia menulis:
「のどが乾いてたまりませんでした。水には油のようなものが一面に浮いていました。どうしても水が欲しくて、とうとう油の浮いたまま飲みました。」
“Aku sangat haus tak tertahankan. Ada sesuatu yang berminyak di atas permukaan air. Tapi aku begitu haus sehingga aku meminumnya begitu saja”
Peace tour kami pun ditutup dengan mendatangi Peace Statue yang menjadi ikonnya Nagasaki. Di situlah kami mengambil foto dengan tangan membentuk huruf L, seperti sang patung. Tangan kanan yang menunjuk ke atas menunjuk ke arah datangnya bom atom tahun 1945 dulu yang dijatuhkan dari atas. Sementara tangan kiri yang lurus ke samping melambangkan kedamaian yang tak terbatas.
Ya, peace tour kali ini mengajarkan kami tentang indahnya perdamaian. Dan semoga kami bisa terus menjaganya.
No comments:
Post a Comment